Jumat, 09 Desember 2011
Perkembangan dunia kontemporer tidak lagi digerakkan oleh orang-orang tertentu dalam suatu negara, tetapi didorong oleh dinamika hubungan antara komunitas-komunitas lintas negara dalam sebuah relasi global. Membatasi perkembangan dunia hanya pada negara jelas terlalu sempit. Dunia masa kini berbeda dengan masa lalu. Dunia sekarang telah memungkinkan semua pihak berkomunikasi dan bertransaksi tanpa dibatasi regulasi ketat negara yang masih memegang teguh kedaulatan.
Inilah dunia yang telah terglobalisasi. Sejak kemunculannya, globalisasi telah secara perlahan merombak pola relasi antaraktor dalam hubungan internasional. Dahulu, orang hanya bisa terhubung dengan orang lain di sekitarnya. Tetapi, seiring dengan perkembangan alat komunikasi dan transportasi, hubungan antarmanusia semakin meluas melintasi batas-batas wilayah.
Bersamaan dengan itu, negara-negara di dunia juga kian meningkatkan hubungannya. Terjangan proses globalisasi yang di satu sisi melemahkan peran negara dan di sisi lain menguatkan peran masyarakat internasional menjadi perhatian serius negara. Di era kekinian, internasionalisme yang lebih menekankan peran negara dihadapkan secara diametral dengan globalisasi yang kadang kala menisbikan peran negara.
Perkembangan semacam itu merupakan bagian dari proses globalisasi yang sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari tahapan-tahapan periodik antara internasionalisme dan globalisasi. Tulisan ini menyajikan perkembangan itu melalui kacamata dua ilmuwan yang terlibat dalam perdebatan wacana globalisasi. Mereka adalah Roland Robertson dan David Held. Membandingkan pendapat mereka merupakan jalan lain dalam memahami tahapan perkembangan globalisasi karena fase-fase yang disampaikan mereka tidak jauh berbeda.
Lima Fase Robertson
Robertson menganggap globalisasi sebagai fenomena pra-modern dan peningkatan kapitalisme. Wajar saja jika Robertson menganggapnya seperti itu sebab bagi dia, globalisasi sebenarnya telah dimulai sejak dunia belum memasuki masa modernisasi dan terus bergerak hingga kini ketika kapitalisme kian menunjukkan taringnya. Karena itu, Robertson membagai babakan globalisasi dalam lima tahap sejak pra-modern hingga era kapitalisme masa kini (Robertson 1992 dalam Datta 2004).
Fase pertama pada 1400-1750 adalah awal mula globalisasi yang ditandai oleh peningkatan peran dan kekuasaan Gereja Katolik Roma dan perluasan sistem Kalender Gregorian. Pada fase ini, pertumbuhan negara bangsa dan penguatan komunitas nasional semakin menemukan bentuk secara lengkap. Perjanjian Westphalia (1648) yang menjadi tonggak penting lahirnya negara-bangsa turut menyumbang perkembangan penguatan negara-negara pada waktu itu.
Fase kedua pada 1750-1875 ditandai oleh peningkatan internationalism. Negara bangsa yang mulai terbentuk pada fase sebelumnya telah terbangun secara kokoh pada fase ini. Negara-negara menemukan identitas dan postur kuatnya sehingga mulai aktif menjalin hubungan satu sama lain.
Fase ketiga pada 1875-1925 merupakan penemuan alat-alat komunikasi baru serta peningkatan hubungan ekonomi dan transportasi antarnegara. Ditemukannya radio, telepon, dan pesawat terbang menunjukkan kian majunya peradaban manusia sehingga memungkinkan semua orang terhubung secara lebih cepat. Bersamaan dengan itu, koneksi budaya antara masyarakat dari negara berbeda pun semakin erat.
Fase keempat pada 1925-1969 menjadi saksi penemuan atom dan pendirian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan jaringan yang kian mengglobal. Penemuan atom pada masa itu merupakan pertanda kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Terlepas dari penyalahgunaannya untuk mengebom Nagasaki dan Hiroshima (1945) pada Perang Dunia II, atom tetap mengaselerasi kemajuan umat manusia. Di luar itu, terbentuknya PBB juga kian menguatkan hubungan antarnegara dalam suatu wadah bersama. Hubungan antarnegara menjadi semakin intensif setelah PBB berdiri.
Fase kelima pada 1969-1992 menghadirkan aneka perubahan yang mendorong kemajuan secara global. Pada fase ini, untuk pertama kalinya manusia mampu mendarat di Bulan, eksplorasi luar angkasa semakin gencar dilakukan, Perang Dingin berakhir, dan institusi-institusi global bermunculan. Isu-isu baru seperti hak asasi manusia, ras, gender, seksualitas, dan etnisitas mencuat ke permukaan dan menjadi perdebatan akbar di seluruh dunia.
Dalam perkembangannya, Robertson menambahkan fase keenam yang dimulai setelah 1992 dan masih berjalan hingga kini. Fase ini merupakan era ketidakpastian global. Hal itu ditandai oleh kemunculan penyakit-penyakit baru yang menyerang umat manusia di berbagai belahan bumi seperti AIDS, kerusakan lingkungan secara global, meningkatnya ide-ide multikulturalisme, pertumbuhan gerakan Islam fundamentalis, dan bangkitnya isu-isu etnisitas.
Empat Fase Held
Menurut Held, globalisasi terjadi dalam empat fase. Fase pertama adalah pra-modern. Fase ini terjadi sebelum 1500. Pada masa itu, imperium militer dan politik berkuasa secara ekspansif. Di sisi lain, masyarakat bermigrasi menuju area-area yang belum digarap.
Fase kedua adalah awal modern. Fase ini terjadi pada 1500-1800 dengan ditandai oleh peningkatan peran negara-negara Barat dan pergerakan bangsa-bangsa Eropa ke Amerika dan Oceania. Salah satu misi yang diusung adalah penyebaran agama Kristen dan Yahudi sehingga kedua agama itu mampu menyebarkan pengaruh kultural mereka secara meluas dalam skala global.
Fase ketiga adalah globalisasi modern. Fase ini terjadi pada 1850-1945 yang ditandai akselerasi jaringan global dan aliran kultural. Masyarakat Eropa, terutama Inggris, sangat dominan dalam fase ini. Orang-orang Eropa bahkan migrasi ke bagian dunia lain untuk mencari kehidupan yang lebih baik serta menyebarkan perngaruh kulturalnya. Revolusi Industri di Inggris memungkinkan hal itu terjadi lebih mudah karena revolusi ini menghasilkan penemuan teknologi yang mampu mempercepat sistem komunikasi melalui akselerasi koneksi telegraf, radio, jalan kereta api, dan pelayaran secara mengglobal.
Fase keempat adalah globalisasi kontemporer. Fase ini terjadi setelah 1945 yang ditandai oleh migrasi besar dan pergerakan populasi dunia yang mengakibatkan degradasi lingkungan. Celakanya, kemunculan negara bangsa baru setelah era dekolonisasi dan bentuk global dari regulasi pemerintah membuat situasi menjadi asimetris. Dunia lantas didominasi oleh Amerika Serikat dan Eropa (Held 1999 dalam Datta 2004).
0 Comments:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)